Pemerintahan

Bupati Tulungagung Pimpin Upacara Santri Pakai Sarung

Diterbitkan

-

Bupati Tulungagung Pimpin Upacara Santri Pakai Sarung

* Syahri: Santri adalah Garda Terdepan NKRI

Memontum Tulungagung — Peringatan Hari Santri Tahun 2017 di Tulungagung terlihat istimewa. Pasalnya, pada peringatan Hari Santri ke-2 ini, Senin (23/10/2017) pukul 08.00 s.d selesai bertempat di Halaman Pemkab Tulungagung, Bupati Syahri Mulyo mengenakan sarung dan kopyah layaknya santri. Tidak hanya Bupati, seluruh peserta dan undangan sebagian besar juga menggunakan pakaian keagamaan ala santri.

Apel Hari Santri Nasional dalam rangka Hari Santri Nasional Tahun 2017 kedua pada tahun ini diikuti sekitar 750 orang santri.

Kegiatan ini diikuti oleh Wakil Bupati Tulungagung Drs. Maryoto Bhirowo, MM., Dandim 0807 / Tulungagung Letkol Czi H. Agung Isa Rahman, S.H., Kapolres Tulungagung,. Ketua PCNU Tulungagung K.H Abdul Hakim Mustofa para pimpinan pondok pesantren, banser, fatayat , mulsimah NU, para pelajar, Gabungan Santri se kab. Tulungagung
Pelajar Tsanawiyah dan Aliyah se Kab. Tulungagung serta tamu undangan lainya.

Bupati Syahri Mulyo saat memberikan penghargaan kepada beberapa tokoh santri yang berprestasi

Bupati Syahri Mulyo saat memberikan penghargaan kepada beberapa tokoh santri yang berprestasi

Bupati Tulungagung Syahri Mulyo, S.E, M.Si dalam dalam amanatnya mengatakan Hari Santri Nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 2015, merupakan momentum untuk mengenang jasa para ulama yang telah turut serta dalam mempertahankan kemerdekaan negara kesatuan Republik Indonesia.

“Kiprah para santri telah teruji dalam mengokohkan pilar-pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia berazaskan Pancasila dengan bersendikan Bhinneka Tunggal Ika. Para santri berdiri di garda depan dalam mengawal NKRl,” katanya.

Advertisement

Momentum Hari Santri hari ini perlu ditransformasikan menjadi gerakan penguatan paham kebangsaan yang bersintesis dengan keagamaan. Spirit “Nasionalisme bagian dari iman” perlu terus digelorakan di tengah arus ideologi fundamentalisme agama yang mempertentangkan Islam dan nasionalisme. Islam dan ajarannya tidak bisa dilaksanakan tanpa tanah air. Mencintai agama mustahil tanpa berpijak di atas tanah air, karena itu Islam harus bersanding dengan paham kebangsaan.

Hari ini santri lanjut Syahri, santri juga hidup di tengah dunia digital yang tidak bisa dihindari. Internet adalah bingkisan kecil dari kemajuan nalar yang menghubungkan manusia sejagat dalam dunia maya. Ia punya aspek manfaat dan mudharat yang sama-sama besar.

Internet telah digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan kebaikan dan dakwah Islam, tetapi juga digunakan untuk merusak harga diri dan martabat seseorang dengan fitnah dan berita hoaks.

“Santri perlu ‘memperalat’ teknologi informasi sebagai media dakwah dan sarana menyebarkan kebaikan dan kemaslahatan”, pungkasnya. (zul/yan)

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas